Jelaskan Penyebab Jatuhnya Kabinet Sukiman –
Kabinet Sukiman adalah kabinet yang dibentuk di Indonesia pada tahun 1950. Kabinet ini dibentuk oleh Presiden Sukarno dan berlangsung hingga tahun 1952. Kabinet Sukiman berjaya mengusung beberapa program pembangunan yang berhasil memperbaiki ekonomi dan sosial Indonesia, namun usahanya juga menimbulkan beberapa kontroversi. Pada akhirnya, kabinet ini jatuh pada tahun 1952.
Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman bermula dari beberapa faktor yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial. Pertama, kabinet ini dikritik karena banyak mengandalkan pembiayaan dari luar negeri untuk menyediakan dana bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Hal ini menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap kabinet Sukiman. Selain itu, banyak dari program yang diusung oleh kabinet ini merupakan proyek yang terlalu besar dan terlalu mahal untuk ditangani oleh pemerintah saat itu.
Kedua, ada juga perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman. Parlemen mengkritik banyak dari program yang diusulkan oleh kabinet tersebut dan menuduh mereka terlalu banyak mengandalkan bantuan dari luar negeri. Hal ini menimbulkan perdebatan antara parlemen dan kabinet Sukiman yang berujung pada penolakan dari beberapa project pembangunan yang diusulkan.
Ketiga, masalah politik juga menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman. Terdapat banyak konflik antara partai politik yang berbeda dan para pemimpin yang berseberangan sehingga menyebabkan ketidakstabilan politik. Para pemimpin juga terlibat dalam banyak tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham, yang membuat rakyat semakin tidak percaya kepada pemerintahan.
Pada akhirnya, faktor-faktor tersebut telah menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman. Kabinet ini berusaha melakukan banyak inisiatif untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia, namun usahanya gagal karena berbagai penyebab. Hal ini menjadi pelajaran bagi pemerintahan di masa depan untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan dana yang tersedia dan menyelesaikan masalah politik yang ada.
Daftar Isi :
- 1 Penjelasan Lengkap: Jelaskan Penyebab Jatuhnya Kabinet Sukiman
- 1.1 1. Kabinet Sukiman dibentuk oleh Presiden Sukarno pada tahun 1950 dan berlangsung hingga tahun 1952.
- 1.2 2. Kabinet Sukiman berhasil meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia, namun juga menimbulkan kontroversi.
- 1.3 3. Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial.
- 1.4 4. Kabinet ini dikritik karena membiayai proyek dengan bantuan dari luar negeri dan menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk.
- 1.5 5. Perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman menyebabkan penolakan terhadap beberapa proyek pembangunan.
- 1.6 6. Masalah politik juga menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman, seperti konflik antar partai politik dan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham.
- 1.7 7. Faktor-faktor seperti politik, ekonomi, dan sosial telah menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman.
- 1.8 8. Hal ini menjadi pelajaran bagi pemerintahan di masa depan untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan dana dan menyelesaikan masalah politik.
Penjelasan Lengkap: Jelaskan Penyebab Jatuhnya Kabinet Sukiman
1. Kabinet Sukiman dibentuk oleh Presiden Sukarno pada tahun 1950 dan berlangsung hingga tahun 1952.
Kabinet Sukiman adalah kabinet federal yang dibentuk oleh Presiden Sukarno pada tahun 1950. Kabinet ini terdiri dari sejumlah menteri yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo. Kabinet ini berlangsung hingga tahun 1952.
Kabinet Sukiman dipimpin oleh Presiden Sukarno untuk menciptakan stabilitas politik di Indonesia. Ia berharap bahwa kabinet ini dapat membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi negara saat itu. Ia juga berharap bahwa kabinet ini dapat mempromosikan kebijakan dan program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kabinet Sukiman terkenal karena berbagai kebijakan dan program yang dicanangkannya. Kebijakannya meliputi reformasi agraria, peningkatan hak-hak pekerja, peningkatan pendidikan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Programnya meliputi pembangunan jalan tol, pembangunan jaringan listrik, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan tarif makanan.
Namun, meskipun Kabinet Sukiman berhasil menerapkan beberapa kebijakan dan program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ia juga menghadapi berbagai masalah yang menyebabkan jatuhnya kabinet. Masalah utama yang menyebabkan jatuhnya kabinet adalah konflik antara Presiden Sukarno dan Parlemen. Parlemen menolak berbagai kebijakan Presiden Sukarno, termasuk pembangunan jalan tol, pembangunan jaringan listrik, dan reformasi agraria.
Selain itu, konflik antarpartai politik juga menjadi penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman. Pada saat itu, ada banyak partai politik yang berbeda di Indonesia. Setiap partai politik memiliki pandangan yang berbeda tentang berbagai masalah. Hal ini menyebabkan konflik antarpartai, yang pada gilirannya menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman.
Konflik antara Presiden Sukarno dan Parlemen dan konflik antarpartai politik adalah penyebab utama jatuhnya Kabinet Sukiman. Kabinet ini jatuh pada tahun 1952, setelah dua tahun menjabat. Meskipun Kabinet Sukiman tidak berhasil mencapai semua tujuannya, ia berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui beberapa kebijakan dan program.
2. Kabinet Sukiman berhasil meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia, namun juga menimbulkan kontroversi.
Kabinet Sukiman adalah kabinet yang dibentuk pada tahun 1950 dengan menunjuk Ir. Sukiman Wirjosandjojo sebagai Perdana Menteri. Kabinet Sukiman berhasil meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia, namun juga menimbulkan kontroversi.
Kabinet Sukiman dikritik karena dianggap telah gagal dalam mengimplementasikan kebijakannya. Kebijakan yang diterapkan seperti liberalisasi ekonomi, deregulasi, dan perbaikan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dianggap telah menciptakan ketidakseimbangan antara kelompok masyarakat yang berbeda.
Kritik juga muncul terhadap kabinet Sukiman karena dikatakan telah gagal mengimplementasikan kebijakan yang pro rakyat. Kebijakan yang diterapkan dalam bidang sosial terutama dianggap gagal. Kebijakan yang diterapkan seperti peningkatan pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan dianggap belum berhasil dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, kabinet Sukiman juga dikritik karena dikatakan telah gagal dalam mengimplementasikan kebijakan yang pro rakyat. Seperti kebijakan yang dijalankan untuk menanggulangi masalah keterbelakangan di daerah-daerah terpencil yang masih terjadi hingga saat ini. Kebijakan yang diterapkan seperti peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan di daerah-daerah terpencil dianggap belum berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
Kritik juga muncul karena kabinet Sukiman dianggap gagal dalam menjalankan kebijakan yang pro rakyat. Kebijakan yang diterapkan seperti peningkatan akses terhadap sumber daya alam, seperti air, listrik, dan gas, dianggap belum berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kabinet Sukiman juga dianggap telah gagal dalam mengimplementasikan kebijakan yang pro rakyat. Kebijakan yang diterapkan seperti peningkatan akses terhadap kepemilikan tanah dianggap belum berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Karena masalah-masalah di atas, kabinet Sukiman akhirnya jatuh pada tahun 1956. Kabinet Sukiman dianggap gagal dalam mengimplementasikan kebijakannya dan menimbulkan ketidakpuasan dan rasa tidak puas masyarakat Indonesia. Hal ini berakibat pada jatuhnya kabinet Sukiman.
3. Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial.
Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah kombinasi berbagai faktor politik, ekonomi, dan sosial.
Faktor politik merupakan penyebab utama jatuhnya Kabinet Sukiman. Sebagai presiden pertama Indonesia, Sukiman memiliki banyak pengikut yang fanatik, namun akibat keterbatasan pengalaman politiknya, dia tidak berhasil mengembangkan aliansi politik yang kuat dengan sebagian besar partai politik di dalam dan di luar parlemen. Dia juga menyalahgunakan wewenangnya sebagai presiden untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak populer, seperti mengaktifkan Angkatan Darat Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemilu lokal di Propinsi Sulawesi Selatan dan melakukan pemilihan umum tanpa pengamanan yang cukup.
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman. Kabinet Sukiman tidak mampu menghadapi tekanan inflasi yang meningkat dan menyebabkan kemiskinan yang meningkat, meningkatnya harga gas elpiji, dan krisis minyak yang menyebabkan peningkatan harga bahan bakar.
Faktor sosial juga berperan dalam jatuhnya Kabinet Sukiman. Ketidakpuasan rakyat akibat kemiskinan yang meningkat dan harga yang tinggi menyebabkan protes yang meningkat di seluruh Indonesia. Para pemimpin partai politik dan organisasi sosial juga mengkritik Kabinet Sukiman atas keputusan-keputusannya yang dinilai tidak adil dan tidak populer.
Kombinasi dari ketiga faktor ini – politik, ekonomi, dan sosial – menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman pada tahun 1956. Akibatnya, presiden Sukiman dipaksa untuk mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada presiden terpilih berikutnya, yaitu Presiden Hatta.
4. Kabinet ini dikritik karena membiayai proyek dengan bantuan dari luar negeri dan menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk.
Kabinet Sukiman adalah kabinet pemerintahan Republik Indonesia yang berlaku dari tahun 1945 hingga tahun 1947. Kabinet ini dipimpin oleh Sukiman dan terdiri dari para menteri yang berasal dari berbagai latar belakang politik dan etnis. Kabinet ini dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan berfungsi sebagai pemerintah sementara sampai pemerintah yang lebih stabil dapat dibentuk. Akan tetapi, pada tahun 1947, Kabinet Sukiman akhirnya jatuh.
Salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah karena kabinet ini dikritik karena membiayai proyek dengan bantuan dari luar negeri dan menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk. Meskipun banyak proyek yang dilakukan oleh Kabinet Sukiman, termasuk pembentukan partai politik, pengurangan masa jabatan presiden, dan pengakuan hak-hak berpartisipasi politik, namun kabinet ini juga banyak dikritik karena menggunakan bantuan dari luar negeri untuk membiayai proyek-proyek tersebut. Hal ini dikarenakan banyak orang Indonesia merasa bahwa bantuan luar negeri yang diterima kabinet ini tidak tunjukan rasa hormat terhadap Indonesia sebagai negara yang baru merdeka.
Kecenderungan untuk menggunakan bantuan luar negeri juga menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk. Banyak orang menganggap bahwa Kabinet Sukiman membiarkan bantuan luar negeri menguasai Indonesia. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan di kalangan penduduk, yang mengakibatkan tidak adanya dukungan dari rakyat dan jatuhnya Kabinet Sukiman.
Kesimpulannya, jatuhnya Kabinet Sukiman pada tahun 1947 disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena kabinet ini dikritik karena membiayai proyek dengan bantuan dari luar negeri dan menimbulkan kecemburuan di kalangan penduduk. Hal ini menyebabkan tidak adanya dukungan dari rakyat dan jatuhnya Kabinet Sukiman.
5. Perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman menyebabkan penolakan terhadap beberapa proyek pembangunan.
Kabinet Sukiman adalah kabinet Indonesia yang dipimpin oleh Sukiman Wirjosandjojo, yang berlangsung dari tahun 1950 hingga 1951. Kabinet ini terdiri dari kelompok elit pemerintah yang berkomitmen untuk melakukan modernisasi Politik, Ekonomi dan Sosial di Indonesia. Namun, kabinet ini jatuh karena adanya perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman mengenai beberapa proyek pembangunan.
Perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman terutama terkait dengan pembangunan yang akan dilakukan. Parlemen berpikir bahwa pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman tidak akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi hanya akan meningkatkan keuntungan beberapa kelompok. Parlemen juga menganggap bahwa proyek pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman akan memerlukan banyak biaya yang tidak tersedia.
Selain itu, parlemen juga menganggap bahwa proyek pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman tidak akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi hanya akan meningkatkan keuntungan beberapa kelompok. Parlemen juga menganggap bahwa pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Karena adanya perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman, parlemen menolak proyek pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman. Hal ini menyebabkan adanya keengganan parlemen untuk memberikan dukungan keuangan dan politik untuk proyek-proyek pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman.
Karena parlemen tidak dapat memberikan dukungan, Kabinet Sukiman tidak dapat melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Tanpa proyek-proyek pembangunan, Kabinet Sukiman tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, sehingga menyebabkan kegagalan Kabinet Sukiman.
Kesimpulan dari penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah, Perbedaan pendapat antara parlemen dan kabinet Sukiman menyebabkan penolakan terhadap beberapa proyek pembangunan. Parlemen menganggap bahwa proyek-proyek pembangunan yang akan dilakukan Kabinet Sukiman tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan tidak adanya dukungan parlemen, Kabinet Sukiman tidak dapat melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan kegagalan Kabinet Sukiman.
6. Masalah politik juga menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman, seperti konflik antar partai politik dan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham.
Kabinet Sukiman adalah kabinet yang terbentuk pada tanggal 19 Desember 1949 di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Ini adalah kabinet pertama Indonesia setelah kemerdekaan. Kabinet ini terdiri dari para anggota dari partai politik yang berbeda dan berlaku selama hampir satu tahun. Walaupun kabinet ini berhasil mencapai beberapa kemajuan, namun, akhirnya ia jatuh pada tahun 1950.
Kabinet Sukiman jatuh karena adanya beberapa faktor. Salah satu faktor terpenting adalah masalah politik. Masalah politik terutama berpengaruh pada jatuhnya Kabinet Sukiman. Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhinya.
Pertama, ada konflik antar partai politik. Kabinet Sukiman terdiri dari para anggota dari partai-partai politik yang berbeda, yaitu Partai Nasional Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, dan Partai Murba. Konflik antara partai-partai ini menyebabkan kerusakan dan kekacauan di dalam kabinet. Hal ini berakibat pada jatuhnya kabinet.
Kedua, tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham. Kabinet Sukiman melakukan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham yang membuat situasi ekonomi Indonesia menjadi buruk. Hal ini menyebabkan nafsu politik dan kecemburuan sosial di antara rakyat Indonesia. Akhirnya, kabinet jatuh di tengah masalah ini.
Ketiga, adanya keengganan pemerintah untuk bersikap adil. Kabinet Sukiman enggan untuk bersikap adil dalam menangani masalah yang ada, seperti konflik politik, korupsi, dan manipulasi pasar saham. Rakyat Indonesia menjadi kecewa dengan sikap ini dan akhirnya memilih untuk menggulingkan kabinet.
Keempat, adanya penolakan terhadap kebijakan kabinet. Kebijakan kabinet dianggap tidak memenuhi kebutuhan rakyat. Rakyat juga tidak setuju dengan kebijakan yang diterapkan oleh kabinet. Kebijakan ini menyebabkan ketidakpuasan dan pada akhirnya, rakyat memutuskan untuk menggulingkan kabinet.
Kelima, adanya perselisihan di antara anggota kabinet. Perselisihan di antara anggota kabinet menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman. Hal ini membuat situasi menjadi semakin buruk dan menyebabkan kabinet jatuh.
Keenam, masalah politik juga menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman, seperti konflik antar partai politik dan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham. Perselisihan antar partai politik menyebabkan ketidakstabilan politik dan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan rakyat dan pada akhirnya, kabinet jatuh.
Kesimpulannya, ada banyak faktor yang memengaruhi jatuhnya Kabinet Sukiman. Masalah politik adalah salah satu faktor yang paling penting, seperti konflik antar partai politik dan tindakan korupsi dan manipulasi pasar saham. Hal ini berakibat pada jatuhnya kabinet dan menyebabkan berbagai masalah di Indonesia.
7. Faktor-faktor seperti politik, ekonomi, dan sosial telah menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman.
Kabinet Sukiman merupakan kabinet Indonesia yang dipimpin oleh Prime Minister Sukiman Wirjosandjojo dari 15 Agustus 1945 sampai dengan 2 Januari 1947. Kabinet Sukiman berasal dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Sukiman Wirjosandjojo. Kabinet ini berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Namun, setelah hampir dua tahun beroperasi, kabinet ini akhirnya jatuh dan digantikan oleh Kabinet Hatta.
Kabinet Sukiman jatuh karena beberapa faktor politik, ekonomi, dan sosial. Pertama, faktor politik. Pada saat itu, Indonesia berada dalam transisi dari kolonialisme Belanda ke kemerdekaan. Pemerintahan Sukiman telah menghadapi berbagai konflik politik antara berbagai kelompok yang menganut ideologi yang berbeda. Kelompok ini meliputi Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Sukiman, Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Islam Indonesia (PII). Konflik ini menyebabkan kabinet tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan menyebabkan kejatuhan kabinet.
Kedua, faktor ekonomi. Pada saat itu, perekonomian Indonesia sedang berjuang untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh penjajahan Belanda. Pemerintah Sukiman dikenal sebagai pemerintah yang sangat konservatif, dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi dan mengurangi subsidi makanan. Hal ini membuat masyarakat kurang berdaya dan menyebabkan jatuhnya kabinet.
Ketiga, faktor sosial. Pada saat itu, masyarakat Indonesia menghadapi berbagai masalah sosial. Di antaranya adalah masalah kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran. Kabinet Sukiman tidak dapat mengatasi masalah ini dengan baik dan menyebabkan kebangkrutan kabinet.
Jadi, faktor-faktor seperti politik, ekonomi, dan sosial telah menyebabkan jatuhnya Kabinet Sukiman. Kabinet ini jatuh karena tidak dapat mengatasi masalah politik yang dihadapi, kurangnya dukungan ekonomi, dan masalah sosial. Meskipun Kabinet Sukiman jatuh, ia tetap diingat sebagai pemerintahan yang berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
8. Hal ini menjadi pelajaran bagi pemerintahan di masa depan untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan dana dan menyelesaikan masalah politik.
Kabinet Sukiman adalah kabinet yang diangkat pada tahun 1945 di Indonesia. Kabinet ini adalah kabinet pertama sejak proklamasi kemerdekaan. Kabinet ini diberi nama menurut nama tokoh yang berada di posisi paling atas, yaitu Prof. DR. Sukiman Wirjosandjojo. Kabinet ini beranggotakan 16 anggota yang berasal dari berbagai latar belakang politik dan budaya.
Kabinet Sukiman bertugas untuk memulihkan keadaan ekonomi yang terpuruk akibat Perang Dunia II, membangun kerangka hukum, menyelesaikan masalah politik, dan menjaga stabilitas sosial. Pemerintahan ini juga harus mengatur pembagian sumber daya alam, pemulihan infrastruktur, dan membangun ekonomi nasional.
Meskipun pemerintahan ini berhasil menyelesaikan kebanyakan masalahnya, ia gagal dalam menyelesaikan masalah politik. Kabinet Sukiman mengalami beberapa konflik politik yang berujung dengan pembentukan partai baru, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI akhirnya mengambil alih pemerintahan dan memaksa Kabinet Sukiman untuk mengundurkan diri.
Selain itu, Kabinet Sukiman juga terjebak dalam masalah keuangan. Pemerintah gagal menemukan jalan untuk mengumpulkan pendapatan dan mengatur anggaran. Akibatnya, pemerintah mengalami defisit anggaran yang mengakibatkan kebangkrutan dan pengurangan pendapatan. Hal inilah yang membuat pemerintah menjadi lebih rentan terhadap konflik politik.
Karena masalah politik dan keuangan yang tidak terselesaikan, Kabinet Sukiman diberhentikan pada tahun 1947. Ini menjadi titik akhir dari pemerintahan yang bertanggung jawab atas pemulihan ekonomi, membangun kerangka hukum, dan menyelesaikan masalah politik.
Hal ini menjadi pelajaran bagi pemerintahan di masa depan untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan dana dan menyelesaikan masalah politik. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola dana secara efektif dan menyelesaikan masalah politik dengan cara yang adil dan jujur. Dengan cara ini, pemerintah dapat memastikan bahwa keadaan politik dan ekonomi tetap stabil dan bahwa keselamatan rakyat terjamin.